Minggu, 05 Oktober 2014

Banjir Jakarta Hujan Itu Rahmat Bukan Musibah

Minggu, Oktober 05, 2014

Banjir Jakarta Hujan Itu Rahmat Bukan Musibah
Djoko Suryanto, ME



DJoko Suryanto, ME Saksi Fakta Sidang PTUN 24 September 2014 #TolakBetonisasiCiliwung 19 km Tb.Simatupang-Manggarai


Kepada Yth.
Pak Kodir di KCC
Di Condet

Assalammualaikum .Wr.Wb
Bersama ini saya kirimkam hasil perencanaan dari kementrian Kehutanan, yang pernah saya sampaikan di persidangan PTUN,
Hasil perencanaan ini yang saya anggap bisa memberikan perubahan POLA PIKIR yang selama ini dilakukan dalam pengendalian banjir selalu membuang air kelaut secepat mungkin. Pada hal mengatasi banjir yang selama ini dilakukan sangat bertentangan dengan maksud diturunkannya hujan oleh Allah SWT, yang telah saya jelaskan di buku saya dengan judul BANJIR JAKARTA ITU RAHMAT, BUKAN MUSIBAH.
Dalam buku RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR DI WILAYAH JABODETABEKJUR (1)
dari kehutanan tersebut poin yang penting adalah di rekomendasinya, dan buku pertama pada hal 57. tentang statmennya bahwa hujan selama 148 tahun itu relative sama dan bukan karena hujan yang menyebabkan banjir di jakarta.
Ini adalah halaman yang saya madsudkan di atas : 
Perubahan iklim yang ditandai dengan perubahan pola hujan dan jumlah intensitas hujan sering dianggap sebagai faktor yang menyebabkan kejadian banjir di kawasan Jabodetabek. Namun demikian, berdasarkan data curah hujan bulanan dan harian yang ada di kawasan ini tidak dapat menjelaskan bahwa terdapat perubahan pola dan intensitas hujan. Data curah hujan bulanan di stasiun Jakarta Obs (1866-2003) yang disajikan pada Gambar 3.21 menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan pola hujan di kawasan ini. Dengan kata lain, anggapan bahwa penyebab utama banjir wilayah Jabodetabek akibat perubahan iklim dan curah hujan adalah sama sekali tidak berdasar data dan fakta.
Pernyataan di atas membuktikan bahwa intensitas hujan selama 148 tahun adalah relative tetap yang berubah adalah DAS yang suda dirusak.

Kemudian hal berikut adalah dalam halaman rekomendasi di buku RENCANA DETIL PENANGANAN BANJIR JABODETABEKJUR (2) sbb :
BAB VI KESIMPULAN DAN KOMENDASI
Berdasarkan hasil analisis kawasan dan hasil analisis kajian dapat simpulkan sebagai berikut :
1. Kejadian banjir di Jakarta dan sekitarnya dipicu oleh perubahan penutupan lahan terutama pembangunan pemukiman baik di hulu, tengah maupun hilir yang tidak diimbangi dengan resapan,
2. Pola hujan dalam tempo 150 tahun terakhir menunjukkan banjir di Jabodetabek dapat dikendalikan karena penyebab utamanya bukan perubahan pola iklim dan curah hujan.
3. Penyebab utama banjir di Jakarta adalah karena sistem drainase di Jakarta yang kurang baik, pola penggunaan lahan yang tidak optimal, dan konsentrasi penduduk yang padat sehingga berdampak pada ditribusi pemukiman yang tidak diimbangi daerah resapan
4. DAS Ciliwung di bagian hulu dan tengah dapat dikendalikan dengan pendekatan vegetatif 61,1% dan sipil teknis 38,9% sementara di DAS Cisadane, vegetatif 84.56% dan sipil teknis 15,45% sedangkan di DAS Kali Bekasi pendekatan vegetatif 72,51% dan sipil teknis 27,49%, di DAS Pesangrahan pendekatan vegetatif 47,3% dan sipil teknis 52,72%, di DAS Kali Angke pendekatan vegetatif 54,68% dan 45,32% sipil teknis, di DAS Sunter 45,42% vegetatif dan 54,58% sipil teknis, sedangkan di DAS Cakung, Krukut dan Grogol hanya pendekatan teknis 100% yang berupa pembuatan sumur resapan.
5. Untuk mengendalikan banjir 25 tahun-an seperti tahun 2007 diperlukan jumlah sumur resapan optimal di DAS Ciliwung 24.447 unit, di DAS Cisadane 16.984 unit, di DAS Pesangrahan 21.598 unit, di DAS Krukut-Grogol 75.379 unit, di DAS Kali Angke 27.370 unit, di DAS Cakung 36.956 unit, di DAS Sunter 30.934 unit, dan di DAS Kali Bekasi 28.154 unit
6. Pola vegetatif dengan pola agroforestry dapat dilakukan di 6 DAS yaitu 6.505 Ha di DAS Cisadane, 1.470,7 Ha di DAS Angke, 801,7 Ha di DAS Pesangrahan, 3.461,4 Ha di DAS Ciliwung, 354,2 Ha di DAS sunter dan 5.014,9 Ha di DAS Kali Bekasi
7. Jumlah DAM penahan yang seharusnya dibuat di DAS Cisadane 376 unit, DAS Ciliwung 94 Unit dan DAS Kali Bekasi 155 unit semuanya berada di Kabupaten Bogor
8. Jumlah gully plug yang sesuai, dibangun di DAS Cisadane 622 unit, di DAS Ciliwung 151 unit dan di DAS Kali Bekasi 203 unit, DAS Angke 4 unit, DAS Pesanggrahan 1 unit.
9. Saat ini jumlah sumur resapan yang sudah dibangun di sekitar Jabodetabek 1.910 unit atau hanya 0,73 % dari yang seharusnya dibangun
10. Lokasi yang ideal untuk kegiatan konservasi dengan sistem gulud sejumlah 1.160 ha yang semuanya terletak di Kabupaten Bogor
11. Luas ideal untuk vegetasi tetap di DAS Cisadane 9.931 ha, DAS Angke 4.595 ha, DAS Pesangrahan 2.943 ha, DAS Ciliwung 5.806 ha, DAS sunter 3.594 ha dan DAS Kali Bekasi 7.725 ha.

Dari rekomendasi hasil perencanaan tersebut , tidak ada yang merekomendasikan untuk NORMALISASI SUNGAI, jadi ini dasar atau alasan untuk melakukan ,atau menanyakan
Kebijakan yang telah dilakukan oleh kementrian PU, yang selama ini selalu penaggulannya membuang air hujan kelaut padahal dari hasil kajian tersebut penyebab banjir karena terjadi perubahan penutupan lahan, bukan karena intensitas hujan.
Jadi kebijakan PU sangat bertentangan dengan hasil Kajian tersebut.
Dan akan berdampak pada permasalahan yang baru, karena dengan membuang air hujan yang turun akan mengakibatkan kekeringan di musim kemarau dan ini sudah kita rasakan saat ini karena daerah resapan sdh rusak dan waktu hujanpun makin cepat dibuang karena akibat dari normalisasi sungai tersebut.

Kesimpulannya , Pengendalian banjir yang selama ini dilakukan dengan cara normalisasi sungai adalah TIDAK MENYELESAIKAN MASALAH BAHKAN MENIMBULKAN MASALAH BARU YAITU KEKERINGAN DIMUSIM KEMARAU.

SELAMAT BERJUANG INSYA ALLAH BERHASIL,KARENA MEMPERJUANGKAN KEBENARAN DEMI KELESTARIAN AIR TAWAR UNTUK KEPERLUAN KITA BERSAMA BERIKUT LINGKUNGANNYA. AMIIIN.

Wassalammualaikum Wr.Wb.
25 September 2014
( DJoko Suryanto, ME )




Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

 

© 2013 Ciliwung Institute. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top