Selasa, 03 Februari 2015

Akademisi dan Aktivis Lintas Negara Kunjungi Penggiat Konsorsium Penyelamatan Puncak

Selasa, Februari 03, 2015

Dosen dari ITB, UNPAD, Universitas Nijmegen-Belanda, dan Delegasi Pemerintah Tanzania mengunjungi Komunitas Rukun Awi di Puncak. Foto: Een Irawan Putra
Dosen dari ITB, UNPAD, Universitas Nijmegen-Belanda, dan Delegasi Pemerintah Tanzania mengunjungi Komunitas Rukun Awi di Puncak. Foto: Een Irawan Putra


Gerakan komunitas dalam Konsorsium Penyelamatan Puncak mulai mendapat perhatian level nasional dan internasional. Khususnya terkait riset dan aksi penyelamatan kawasan Puncak dari berbagai macam kerusakan. Terbukti dengan hadirnya beberapa pihak dalam beberapa bulan terakhir yang mengunjungi kawasan puncak untuk melihat apa yang sudah dilakukan oleh Konsorsium Penyelamatan Kawasan Puncak. Senin (26/01) lalu, beberapa akademisi dan aktivis lingkungan dari Institute Teknologi Bandung, Universitas Pajajaran Bandung, Universitas Nijmegen-Belanda dan Both ENDS dari Belanda. Juga perwakilan dari pemerintah Tanzania-Afrika Selatan, mengunjungi kawasan puncak.

Disebuah saung kecil milik Komunitas Peduli Ciliwung Puncak, yaitu Rukun Awi mereka atusias menanyakan apa saja kegiatan riset dan aksi-aksi yang sudah dilakukan konsorsium. 
Koordinator kunjungan yaitu Dr.Ir. Dwina Roosmini, MSc dari Teknik Lingkungan ITB mengatakan ada banyak permasalahan yang terjadi terhadap sungai-sungai di Jawa Barat. Saat ini mereka sedang mencoba melakukan kajian terhadap Sungai Citarum. Kami mendapat informasi bahwa teman-teman komunitas di Puncak ini secara bersama-sama melakukan riset dan aksi untuk kawasan puncak, hulu Sungai Ciliwung. Oleh karena itu kami datang kesini untuk mengetahui apa saja yang sudah dilakukan” kata Dwina. Christa Nooy dari Both ENDS, sebuah lembaga yang banyak mendukung LSM-LSM di Indonesia yang peduli terhadap sumberdaya alam dan sumber daya air memberikan apresiasi terhadap gerakan komunitas dan masyarakat sipil di Kawasan Puncak.

Kami memang sudah lama mendukung LSM di Indonesia untuk mencoba melakukan kegiatan-kegiatan pengelolaan sumber daya air yang terintegrasi dan berbasiskan negosiasi. Konsorsium Penyelamatan Puncak, sudah menerapkan apa yang selama ini kami lakukan. Lebih menarik lagi ada sebuah lembaga pendidikan yaitu Institut Pertanian Bogor (IPB) ikut bergabung didalam konsorsium ini. Mereka bernegosiasi dengan banyak pihak, mulai dari level kampung sampai dengan pemerintahan untuk mengajak aksi bersama menyelamatkan kawasan hulu Sungai Ciliwung” ucapnya.

Perwakilan dari Konsorsium Penyelamatan Puncak yang juga pemilik Rukun Awi Tedja Kusuma menjelaskan apa saja yang sudah dilakukan sejak tahun lalu. Tedja juga mengajak mereka mengunjungi beberapa titik sampah dan vila-vila illegal baik yang sudah dihancurkan oleh pemerintah maupun yang belum. Setelah dari Puncak, kunjungan dilanjutkan ke Kampus IPB Darmaga untuk bertemu dengan Koordinator Konsorsium Penyelamatan Puncak yang juga Dekan Fakultas Pertanian Dr.Ir.Ernan Rustiadi, MAgr. Setibanya di Kampus IPB dialog dan diskusi tukar pengalaman antar universitas dalam keterlibatan universitas dalam melakukan penyelamatan sungai dan lingkungan terjadi. Dr. Willem Halffman dari Institute for Science, Innovation & Society, Faculty of Science, Radboud University Nijmegen menanyakan bagaimana awalnya keterlibatan IPB dalam mendukung gerakan komunitas ini.

Bagaimana anda bisa berada di antara komunitas ini ? sehingga bisa memberikan dukungan riset dan melakukan negosiasi dengan pemerintah maupun dengan perusahaan?” kata Willem disaat bertanya dengan Ernan Rustiadi.

Disela-sela presentasi proses-proses kegiatan yang sudah dilakukan di Puncak, Ernan Rustiadi menyampaikan bahwa dia sudah 15 tahun memperhatikan dan melihat apa saja yang sudah dilakukan mahasiswanya ketika melakukan penelitian dan ketika sudah selesai melakuan penelitian.
Dulu banyak mahasiswa saya melakukan penelitian hanya untuk sebuah jurnal dan untuk kebutuhan kampus. Saat ini saya ingin penelitian dilakukan bersama masyarakat dan hasilnya bisa diterapkan bersama masyarakat. Tidak hanya untuk sebuah jurnal ilmiah” ujarnya.

Diskusi dan dialog hari itu berlangsung lebih dari tiga jam. Banyak informasi dan rencana-rencana kegiatan bersama yang muncul bersamaan dengan sesi tanya jawab. Dwina Roosmini sepulang dari Bogor akan mencoba mengajak teman-temannya dari Teknik Lingkungan ITB untuk membantu konsorsium dalam melakukan kajian kuantitas sampah yang ada di Puncak dan model pengelolaan yang tepat sesuai dengan karakteristik kawasan puncak.

Sumber : Kotahujan.com

Written by

We are Creative Blogger Theme Wavers which provides user friendly, effective and easy to use themes. Each support has free and providing HD support screen casting.

0 komentar:

 

© 2013 Ciliwung Institute. All rights resevered. Designed by Templateism

Back To Top