Peringatan Hari Sungai Nasional 27 Juli 2014 bersama teman2 KWCC (Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane) , acara ngabuburit dan mancing di Anak Sungai Cisarua Cianteun DAS #Cisadane Leuwiliang Kabupaten Bogor. "harapan kepada pemerintahan yang baru lebih serius dalam penegakan hukum dan pengelolaan sungai sungai di Indonesia dengan konsep SDA yang berkelanjutan." KWCC Bogor 26 Juli 2014 |
Bogor, 26 Juli
2014. Pemerintah telah menetapkan tanggal 27 Juli sebagai Hari Sungai Nasional.
Ciliwung Institute dan warga menunggu AKSI NYATA pemerintah.
Sehari
sebelum hari sungai nasional Para Penggiat Pecinta Sungai dan Warga Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cisadane memperingati hari sungai Nasional yang jatuh pada
tanggal 27 Juli 2014.
Para
pengiat dan warga daerah aliran sungai (DAS) menuggu political will pemerintah dalam penyelamatan sungai di Indonesia,
warga dan pengiat sungai berharap
pemerintahan terpilih lebih serius menangani permasalahan yang terjadi di sungai-sungai
Indonesia, karena sungai-sungai di Indonesia umunya telah mengalami ketidakadilan,
pembiaran serta abainya tugas pengelolaan sungai oleh pemerintah Indonesia yang berdampak
rusaknya ekologi sungai hingga kritis tercemar berat limbah industri, tambang maupun
yang tercemar oleh limbah domestik. Salah satu contohnya sungai sub Das
Cisadane “Cikaniki” sejak tahun 2010 sampai saat ini air sungai ini warnanya
kadang coklat kental kadang hitam pekat.
Hari
Yanto salah satu pendiri Komunitas Peduli Ciliwung (KPC) dan Komunitas Wilayah
Ciliwung Cisadane (KWCC) yang kesehariannya tinggal di Daerah Aliran Sungai
Ciliwung Cisadane mengungkapkan “kondisi sungai Ciliwung dan Cisadane semakin
tahun semakin parah kondisinya dan memprihatinkan, seperti halnya sungai
Cikaniki anak sungai Cisadane pada tahun 2008 sungai ini masih jernih serta
ikannya pun masih banyak, namun sejak tahun 2010 sungai ini tercemar limbah dan
ikan-ikan di Cikaniki hampir punah yang di akibatkan oleh para penambang tanpa
ijin (PETI) di hulu sungai Cikaniki, yang membuang limbahnya secara langsung ke
sungai . Tidak dipungkiri bahwasannya para penambang tanpa ijin di hulu Cikaniki
adalah masyarakat yang menggantungkan sumber kehidupannya dari hasil tambang emas
yang eksploitasi oleh PT Antam .tbk perusahaan BUMN plat merah negara ini. “Namun
kalau permasalah yang terjadi di Cikaniki, tidak bisa lantas yang di salahkan
hanya masyarakat yang melakukan PETI, harusnya pemerintah juga
mensosialisasikan terkait apa dampak yang di sebabkan oleh para PETI sehingga
mereka tidak mencemari sungai yang masih di manfaatkan oleh warga yang di hilr
sebagai kebutuhan air sehari hari dan irigasi sawah. atau mungkin solusinya pemerintah memfasilitasi PETI untuk membagun
IPAL komunal yang menampung limbah, sehingga tidak mencemari sungai”, tambah
Hari Yanto.
Sudirman
Asun dari Ciliwung Institute menambahkan bukan hanya sungai Cikaniki yang
tercemar, sungai Ciliwung pun tercemar oleh limbah tahu dan sampah domestik.
Kondisi bantarannya pun telah banyak
diuruk para pengembang perumahan mulai dari Kabupaten Bogor hingga Kota Depok.
Hutan bambu di bantaran Ciliwung juga terancam oleh para pengembang yang
berniat membangun perumahan di daerah sempadan sungai dengan pertimbangan harga
lahan yang murah dan pemandangan bagus ke aliran sungai (penawaran riverside/riverview). Oleh sebab itu kami warga dan para pengiat
pencinta sungai menunggu aksi nyata Presiden dan Wakil Presiden terpilih
“Jokowi-Jusup Kalla” merealisasikan program-programnya dalam hal penyelamatan
lingkungan, khusunya sungai jika sudah duduk di kursi Kepresidenan Republik
Indonesia. Asun mengukapkan “Pada Juni 2013 lalu, bersama dengan Komunitas Ciliwung, kami
mengadakan penelitian Jelajah Taman Keanekaragaman Hayati Ciliwung. Kondisi
Ciliwung sepanjang bantaran dipenuhi titik-titik gunung sampah. Tercatat 215
titik pembuangan sampah mulai dari Bojong Gede di Bogor hingga Simatupang,
Jakarta. Penelitian tersebut juga mencatat 88 pelanggaran oleh pembangunan
pemukiman di bantaran. Enam titik lainnya masih dalam proses pengurukan
bantaran untuk kompleks perumahan baru. Tercatat pula sumber limbah rumah tangga
dan industri sebanyak 127 titik.”
Ajie
salah satu warga Daerah Aliran Sungai Cisadane, yang ikut serta menyambut Hari
Sungai Nasional yang jatuh pada tanggal 27 Juli 2014 mengingatkan bahwasannya “pemerintah
jangan hanya bisa menetapkan hari Sungai saja, namun harus juga ikut serta merayakan
hari tentang sungai ini serta mensosialisakan ke warga seperti kami di seluruh
pelosok atau desa. Sehingga kejadianya tidak seperti kami yang hanya tahu
tentang hari sungai dari para pengiat lingkungan” tuturnya.
Kontak Wawancara:
Hari Yanto, salah
satu Pendiri Komunitas wilayah Ciliwung Cisadane.
Email:
hari_kikuk_kikuk@yahoo.com
Telpon: 08561235298
Sudirman Asun,
Ketua Ciliwung Institute.
Untuk permintaan
foto, silakan menhubungi:
Sutisna Rey, Email sutisnarey@yahoo.com Telpon 085778431841
CATATAN EDITOR:
- Komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane merupakan
Komunitas yang memiliki konsen dan keperdulian warga terhadap Daerah
Aliran Sungai (DAS) dan Sungai Ciliwung Cisadane Informasi terkait
komunitas Wilayah Ciliwung Cisadane bisa di lihat di http://Tjiliwoeng.blogspot.com
dan facebook Cisadane institute.
- Ciliwung Institute (CI) merupakan forum kerja
yang digagas untuk mewadahi kegiatan komunitas yang bergerak dalam upaya
penyelamatan Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Lingkup kegiatannya mulai dari
Puncak Kab. Bogor, Kota Bogor, Bojonggede Kab.Bogor, Depok hingga Jakarta.
Forum yang dibangun dari beragam isu ini mencoba mengangkat potensi
Ciliwung yang dilihat dan dilakukan dari berbagai sudut pandang.
Keberagaman ini merupakan kekuatan Ciliwung Institute untuk mengemas
kampanye penyelamatan Ciliwung yang disuarakan menjadi sederhana dan mudah
diterima oleh berbagai kalangan. Informasi lebih jauh tentang CI bisa
diakses di http://ciliwunginstitute.blogspot.com/
- Penetapan hari Sungai Nasional di tuangkan
dalam Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2011 tentang
Sungai dan di tetapkan pada tanggal 27 juli 2011 sebagaimana juga
penetapan PP No 38 ini sekaligus sebagai penetapan hari Sungai Nasional
oleh Persiden Republik Indonesia.
- Pemantauan Kualitas
Air 33 Propinsi Tahun 2011 oleh Pusarpedal -KLH
Dari 51 sungai yang dipantau di
Indonesia 62, 74% masuk kategori tercemar Berat, 31, 37% tercemar Sedang-berat,
3,92% tercemar.
Padahal Indonesia memiliki sedikitnya 5.590
sungai utama dan 65.017 anak sungai. Dari 5,5 ribu sungai utama panjang
totalnya mencapai 94.573 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai
1.512.466 km2.
0 komentar:
Posting Komentar