“Banjir Kiriman Bogor” hal yang paling sering kita dengar dari orang Jakarta ketika musim hujan tiba. Kekhawatiran akan ancaman bencana banjir ketika Ciliwung tidak dapat lagi menampung debit air aliran dari hulu daerah Bogor.
Ini sangat berbeda pada Jakarta Tempo Dulu, musim hujan berarti rejeki untuk orang Jakarta, akan melimpah kiriman stock bambu dari Bogor dan Depok yang dibawa melalui aliran Sungai Ciliwung.
Tapi itu dulu, ketika aliran sungai masih dalam dan lebar untuk dilalui rakit bambu, sehingga rangkaian rakit dapat bergerak cepat dan lancar dibawa sampai ke Manggarai Jakarta untuk dijual ke pangkalan pengepul bambu .
Wan Yusup (70 thn) salah satu tetua pelaku tukang getek dari kampung Gelonggong Bojonggede masih mengingat masa kejayaan Ciliwung sebagai sarana transportasi menuju Jakarta.
“Dulu tahun 80′an tukang rakit Bojong selalu membawa dagangan bambunya melalui Ciliwung untuk dijual di Pasar Minggu, 1 orang bisa sampai membawa 6 rangkaian rakit dan dibawa berkonvoi dalam kelompok beberapa orang.
Sekarang 1 orang bisa membawa 3 rakit saja sudah jago, Sungai Ciliwung bertambah dangkal dan terjadi penyempitan sungai membuat medan sungai semakin sulit.”
Memori dan Semangat dari Wan Yusup yang ingin menggulang masa masa Ciliwung tempo dulu inilah membuat Komunitas Ciliwung dan Wan Yusup ingin mencoba napak tilas jalur rakit bambu Ciliwung. Perjalanan dilakukan dengan rakit bambu persis seperti yang dulu pernah dilakukan Wan Yusup, sambil melakukan pendataan dan beberapa riset kecil mengenai Keanekaragaman Hayati Ciliwung, mencoba menyelamatkan apa yang tersisa dari Ciliwung, yang makin terancam dari kepunahan.
Team riset sendiri yang tergabung dalam Ciliwung Institute adalah teman teman dari Mapala UI, Lawalata, KPL Angsana IPB, Forest Watch Indonesia, SIOUX Ular Indonesia dan masyarakat Komunitas Ciliwung.
Riset yang akan dilakukan meliputi pengamatan dan pendataan Biodiversity dan pemetaan kondisi tutupan hijau sempadan sungai , pemantaun kualitas air melalui metode biotilik/ biomonitoring dan pendekatan kultural silaturahim dengan sesama masyarakat pinggir sungai.
Sabuk Hijau Vegetasi Hutan Bambu Cilebut- Bojonggede-Cibinong-Citayam-Depok
Bambu adalah tumbuhan alami vegetasi pinggir sungai dengan fungsi konservasi, baik untuk konservasi air maupun konservasi dan pemulihan tanah dan udara.
Beberapa fungsi ekologi dari rumpun bambu adalah menghindari erosi tanah, menaikan ketinggian muka air tanah, karena bambu dengan kemampuan menyerap dan menyimpan air hujan hingga 90 % , dibandingkan dengan pepohonan lain yang hanya bisa menyerap air hujan 35-40%, sehingga meningkatkan penyerapan air ke dalam tanah dan mengalirkan menjadi mata air dan persediaan air ketika musim kemarau.
Selain manfaat ekonomi, hutan bambu juga sangat baik untuk penyerapan Co2 dan melepaskan oksigen sebagai hasil fotosintesis 35%, lebih banyak dari pohon lainnya dan sifat bambu yang mampu meredam angin kencang, suara bising dan mengurangi polusi udara.
Jadilah tidak heran bambu sering digunakan sebagai tanaman perintis di lahan kritis, karena kemampuannya untuk menahan kelembaban dan kandungan air di dalam tanah.
Di segmen tengah Ciliwung seperti daerah Bojonggede kita akan menjumpai kualitas air sungainya lebih jernih dari bagian hulunya Ciliwung aliran Kota Bogor yang padat pemukiman dan buangan limbah rumah tangga.
Tutupan vegetasi riparian menjadi filter dan mengurai polutan dan menghasilkan banyak mata air baru sebagai pencuci dan pengencer konsentrat pencemaran.
Vegetasi bambu dan keragaman pohon lainnya yang masih lebat dan baik di pinggir sungai, membentuk satu ekosistem riparian yang sangat kaya keanekaragaman hayatiEkosistem mencakup vegetasi yang berada di kanan-kiri sungai.
Ekosistem riparian menjadi tempat perlindungan dan habitat bagi sejumlah spesies fauna seperti serangga, ikan, burung, reptil juga rumah bagi mamalia lainnya.
Revolusi Pola Pikir Mengenai Sungai Ciliwung, Hadiah Ulang Tahun Jakarta
Cerita Ciliwung tidak selalu hanya cerita negatif seperti ancaman banjir, kumuh, sampah yang menyesaki bantaran sungai ataupun limbah industri yang mengairi Ciliwung setiap menjelang sore maupun saat malam hari tiba.
Terlalu banyak hal buruk yang diceritakan dari Ciliwung, pemberitaan media yang tidak berimbang membuat kita jenuh, secara tidak sadar mendikte menghipnotis pikiran kita seakan akan kondisi sungai Ciliwung tidak tertolong dan tidak mungkin untuk dipulihan kembali (No Hope).
Ciliwung adalah asset dengan keberagam biodiversity dan sebagai sumber daya air permukaan adalah potensi yang harus dikembalikan fungsinya seperti sedia kala.
Apresiasi untuk Ciliwung adalah sungai sebagai laboratorium hidup biodiversity riparian, kelas tempat belajar, arena bermain dan berkumpul sosial budaya dan tempat ekowisata.
Untuk Armada Team ekspedisi susur kali ini terdiri dari 5 rakit, 3 perahu karet dan supporting 2 kendaraan darat untuk logistik.
Perjalanan diperkirakan 3 hari (21-23 Juni 2013) dari kampung Gelonggong Bojonggede Kabupaten Bogordan fisnish di Komunitas Ciliwung Condet , Jakarta Timur.
Dan sebagai misi tambahan pasukan akan mengantarkan perahu rakit/ getek dari Bojonggede ke Jakarta melalui jalur sungai dari tanggal 21-23 Juni untuk hadiah Ulang Tahun Jakarta yaitu Kegiatan Parade Getek Ulang Tahun Jakarta ke 486 Condet- Jembatan Kalibata yang akan diadakan pada tanggal 29-30 Juni 2013. Kegiatan Ulang Tahun Jakarta meliputi #OperasiPlastik Ciliwung bersih bersih Ciliwung pada tanggal 29 Juni yaitu Serbu Gunung Sampah Ciliwung dan pawai parade Getek pada tanggal 30 Juni.
Selamat Ulang Tahun Jakartaku semoga warga dan pemimpin kotaku lebih beradab memperlakukan sungai kita sebagai sumber kehidupan.
Semoga “Gerakan Nasional Pemulihan Ciliwung” segera dapat diwujudkan.
Salam Ciliwung
Sudirman Asun
0 komentar:
Posting Komentar