Panen air hujan adalah salah satu solusi atasi banjir. |
Kampung Ramah Air
sahloel polontalo, pusat riset aksi pengelolaan das, komunitas ciliwung depok, 085885317653. prapedas.sp@gmail.com
Kampung Ramah Air didasarkan pada filosofi sederhana: "Jika kita ramah terhadap air maka sebagai imbalannya air pun akan ramah terhadap kita." Ini untuk menegaskan bahwa berbagai permasalahan terkait sumber daya air yang kita hadapi saat ini seperti banjir, kekeringan, krisis air baku, pencemaran air sungai, adalah akibat dari berbagai perilaku/kebiasaan kita yang tidak ramah terhadap air.
Perilaku/kebiasaan yang ramah terhadap air, antara lain:
1. Perilaku/kebiasaan menanam pohon.
Tajuk pohon akan mengintersep air hujan. Serasah/bahan organik/humus yang ada di bawah pohon akan memudahkan air terinfiltrasi ke dalam tanah.
Perakaran pohon akan memudahkan terjadinaya perkolasi di dalam tanah.
2. Perilaku/kebiasaan menampung air hujan.
Air hujan adalah sumber daya gratis yang selama ini dibiarkan begitu saja menjadi aliran permukaan. Setiap pemilik/pengelola persil lahan harus didorong untuk mulai menampung air hujan yang jatuh di atap rumah/bangunan. Jika setiap warga melakukannya, disamping akan mengurangi aliran permukaan yang menuju sungai mengurangi debit puncak/peak discharge, air yang tertampung bisa digunakan untuk berbagai keperluan.
Itu berarti menghemat penggunaan air tanah dan listrik yang selama ini digunakan untuk menggerakan pompa air. Menghemat listrik berarti ikut mengurangi emisi gas rumah kaca.
Menampung air hujan dapat dilakukan di ember, tong plastik, tampungan air yan terbuat dari beton, fiber glass, dsb.
3. Perilaku kebiasaan meresapkan air hujan ke dalam tanah.
Dengan membangun fasilitas yang memudahkan air hujan teresap ke dalam tanah, seperti lubang resapan biopori, sumur resapan, sumur injeksi, taman resapan, parit resapan, maka cadangan air tanah akan meningkat dan sekaligus akan mengurangi bagian air hujan yang masuk sungai (mengurangi debit puncak).
4. Perilaku/kebiasaan untuk menutup lahan terbuka dengan tanaman penutup tanah (cover crops).
Ini menutup kemungkinan terjadinya erosi percikan (splash erotion) sehingga air aliran permukaan tetap jernih.
5. Perilaku/kebiasaan mengalirkan air hujan dengan cara yang aman/ tidak menyebabkan erosi.
Secara sederhana ini dapat dilakukan dengan membuat sekat rumput (grass barrier), seperti rumput vetiver, yang ditanam sejajar kontur. Sekat rumput ini akan memperlambat kecepatan aliran permukaan(slowing the flow) dan dengan demikian akan meminimalisir terjadinya erosi dan memberikan kesempatan aliran permukaan untuk terinfiltrasi. Dengan sekat rumput ini, air aliran permukaan juga akan menjadi relatif jernih dan semakin banyak air yang terinfiltrasi.
6. Perilaku/kebiasaan mengkonservasi sempadan sungai dengan vegetasi peyangga riparian.
Formasi vegetasi ini akan menjaga tebing dan memfilter aliran permukaan sebelum masuk sungai.
7. Perilaku/kebiasaan mengolah limbah cair sebelum dibuang ke badan air.
Dari berbagai publikasi, 80% pencemaran sungai bersumber dari limbah domestik antara lain, limbah cair bekas mandi, dan bekas mencuci. Dengan teknologi sederhana seperti fitoremediasi, kualitas air bekas ini bisa diperbaiki.
8. Perilaku/kebiasaan memanfaatkan air hujan yang tertampung secara produktif.
Air hujan yang tertampung bisa digunakan untuk budidaya ikan ataupun budidaya tanaman pangan/hortikultura di pekarangan.
9. Perilaku/kebiasaan mengolah sampah (organik dan anorganik).
Ini dapat dilakukan sampai mendekati zero waste. Sampah organik diolah dengan komposter menjadi kompos dan pupuk cair, sampah anorganik layak jual dibawa ke bank sampah dan sampah anorganik residu diolah dengan Tabung Sampah Plastik (Tabung SP).
Kampung Ramah Air adalah tawaran solusi berbasis masyarakat untuk berbagai permasalahan sumber daya air. Ini merupakan bentuk aksi kolektif dari warga suatu kampung (skala RT) yang akan berkontribusi positif terhadap kuantitas dan kualitas air.
Aksi kolektif adalah pelaksanaan dari keputusan kolektif, dan keputusan kolektif adalah produk dari musyawarah/rembug warga di kampung yang bersangkutan. Karena itu tahapan awal untuk mengembangkan Kampung Ramah Air adalah memfasilitasi rembug warga RT yang akan menghasilkan keputusan kolektif (rencana aksi), komitmen bersama, dan bermuara pada pelaksanaan aksi kolektif.
Peran berbagai pihak (pemerintah, dunia usaha/CSR, LSM, perguruan tinggi) adalah memfasilitasi perealisasian rencana aksi komunitas RT tersebut. Agar kinerjanya terukur, Kampung Ramah Air ini harus diuji coba di DAS tertentu dan menjadi gerakan massif skala DAS.
Dengan kondisi yang ada, DAS Ciliwung layak dipilih untuk lokasi uji coba ini.
(Sahloel Polontalo)
0 komentar:
Posting Komentar