Pers Release Hari Ciliwung 11 November 2013
Pertahankan Ekosistem Riparian Sungai Ciliwung!
Selama ini Ciliwung tidak
dikelola layaknya sebuah sungai. Hal ini dapat dilihat secara nyata dari
kondisi Ciliwung yang semakin buruk. Sampah, limbah cair, dan bahan pencemar
lainnya mengalir bebas dari hulu sampai hilir.
Ekosisitem riparian sebagai pagar terakhir yang menjaga sungai
dihancurkan untuk pembangunan permukiman dan pusat bisnis. Akibatnya
sedimentasi dari daratan masuk ke dalam badan sungai Ciliwung. Kondisi ini semakin diperburuk karena daerah
tangkapan air di bagian hulu terus berkurang.
Maka tidak mengherankan jika persoalan banjir terus mendera Jakarta.
Kondisi Ciliwung yang makin
memburuk menjadi perhatian Komunitas Ciliwung.
Abdul Kodir, pegiat Komunitas
Ciliwung Condet mengaku prihatin terhadap situasi yang terjadi. “Sungai-sungai di Jakarta saat ini
semakin sempit dan sebagian besar tidak memiliki sempadan” kata Kodir di
Condet. Situasi ini, lanjut Kodir,
menyebabkan sungai tidak dapat menampung volume air sehingga selalu terjadi banjir.
Respon pemerintah terhadap
persoalan banjir Jakarta cenderung bersifat teknis seperti pengerukan sedimen
dan membangun turap sepanjang puluhan kilometer. Penambahan pintu air juga dilakukan untuk mempercepat aliran
sungai ke laut. Pendekatan tersebut tidak akan efektif selama sumber permasalahan sedimentasi tidak diatasi
secara menyeluruh.
“Selama daerah hulu dialih fungsikan dan ekosistem
riparian dihancurkan sedimentasi akan terus terjadi. Turap dan beton akan sia-sia dibangun” kata
Sudirman Asun dari Ciliwung Institute.
Selanjutnya Asun menyatakan bahwa daerah puncak sebagai menara air harus
dipulihkan luas tutupan hutan yang ideal untuk membantu menyimpan air.
Di Hari Ciliwung yang
dirayakan setiap 11 November 2013, Komunitas Ciliwung menyerukan kepada
pemerintah untuk menyelamatkan ekosistem riparian yang masih tersisa dan
memulihkan sempadan yang rusak. “Kami berharap
tidak ada lagi ekosistem riparian di sempadan sungai yang dialih fungsikan”.
Harap Muhamad Muslich Koordinar Riset Komunitas Peduli Ciliwung Bogor. Berdasarkan hasil riset Komunitas Ciliwung
tahun 2011-2013, lanjut Muslich, di sepanjang Bojong
Gede Bogor sampai dengan Condet Jakarta masih ada titik-titik ekosistem
riparian yang luas yang perlu diselamatkan.
Selain menahan erosi, ekosistem riparian juga menjadi habitat
keanekaragaman hayati Sungai Ciliwung.
Catatan untuk redaksi
1. 1. Hari Ciliwung 11 November, pertama kali diperingati pegiat
Ciliwung tahun 2012. Penetapan Hari
Ciliwung tersebut didasarkan pada penemuan fauna Bulus atau Senggawangan yang
terancam punah dengan status Kritis (Critically Endangered). Satwa bernama Chitra
chitra javanensis berbobot 140 kg ditemukan di Sungai Ciliwung wilayah Tanjung Barat, Jakarta Selatan.
2. 2. Perayaan Hari Ciliwung merupakan wujud apresiasi terhadap
jasa ekosistem Sungai Ciliwung.
Komunitas Ciliwung mengajak masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam
gerakan pelestarian Sungai Ciliwung.
3. 3. Kontak Person Abdul
Kodir 0813 807 48996, Sudirman Asun 0812 1212 5108, Muhamad Muslich 0813 81234
648
Urukan Sempadan Ciliwung Depok oleh Pembangunan Komp. Perumahan (susur Ciliwung 2011) |
Ketinggian Urukan Tanah Baru di Sempadan Depok Dilihat dari Badan Sungai (Jelajah Keanekaragaman Hayati Ciliwung 2013) |
Green Belt Cilebut-Bojonggede-Cibinong-Citayam-Depok SELAMATKAN YANG TERSISA..! (Napak Tilas Jelajah Rakit Bambu Bojonggede-Condet 2013) |
0 komentar:
Posting Komentar