Press Release
Hari
Ciliwung 2015
Restoration
Ciliwung Biodiversity Park
Momentum peringatan hari Ciliwung tahun ini akan
digunakan untuk mengevaluasi kegiatan dan aksi komunitas-komunitas Ciliwung selama tahun 2015 dan sekaligus
untuk merencanakan kegiatan di tahun
2016. Karena itu ada rangkaian sarasehan yang akan dilaksanakan untuk
mengkomunikasikan hal itu. Namun
Komunitas sadar sumber daya yang dimiliki sangat terbatas. karena itu,
komunitas Ciliwung juga mengajak Pemerintah (Pemprov DKI Jakarta, Jawa Barat,
Kabupaten Bogor, Kota Bogor, Kota Depok, Kementerian LHK dan Kementerian PUPR)
untuk menjadikan momentum Hari Ciliwung sebagai ajang evaluasi bersama tentang apa
yang sudah dilakukan oleh Pemerintah dan komunitas selama tahun 2015 di
Ciliwung, apa yang sudah disinergikan, dan yang masih perlu diperkuat di tahun 2016.
1.
Hari
Ciliwung menjadikan Peluang kerjasama antar stakeholder: Pemerintah,
komunitas-komunitas Ciliwung, dunia usaha, perguruan tinggi, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga donor, dan warga DAS
Ciliwung, di tahun 2016 dan seterusnya antara
lain berkaitan dengan isu-isu (1) pengendalian aliran permukaan (run off) untuk
ikut mengatasi banjir Ciliwung dan krisis air di DAS Ciliwung, (2) restorasi
sungai Ciliwung, (3) pengendalian limbah cair, (4) pengendalian limbah
padat, (5) pengamanan sempadan Ciliwung,
(6) pengembangan taman keanekaragaman hayati, (7) pengembangan Ciliwung sebagai
destinasi wisata, dan (8) pengembangan Sungai Ciliwung sebagai suaka ikan lokal
Ciliwung.
a.
Kejadian
banjir di musim hujan dan krisis air di musim kemarau seperti yang terjadi saat
ini merupakan indikator bahwa secara kolektif stakeholder Ciliwung gagal
mengendalikan run off (aliran permukaan). Akibatnya, bagian terbesar air hujan
masuk ke sungai dan menyebabkan banjir di hilir, dan karena hanya sebagian
kecil air hujan yang ditampung dan diresapkan kedalam tanah selama musim hujan,
maka di musim kemarau tinggi muka air tanah
turun sehingga berada di bawah dasar sumur atau tidak bisa dijangkau
oleh pompa warga. Solusi untuk itu adalah dengan menggerakan aksi kolektif
stakeholder dan warga DAS Ciliwung untuk membangun prasarana pengendali aliran
permukaan secara massal di wilayah DAS Ciliwung. Jika prasarana pengendali
aliran permukaan sudah dibangun secara massal di seluruh wilayah DAS, maka
debit puncak Ciliwung bisa diturunkan dan peningkatan kapasitas sungai tidak
perlu dengan membeton Ciliwung.
b.
Pengelolaan
sungai dengan pendekatan restorasi
sungai merupakan kecenderungan global. Di
Amerika Serikat, misalnya, upaya pengendalian banjir dengan pembetonan sungai sudah
dimulai pada tahun 1930-an. Tapi sejak tahun 1980-an para ilmuwan dan pemerhati lingkungan di sana
mulai menyadari bahwa tindakan membeton sungai merupakan tindakan keliru, tidak
mempertimbangan aspek ekosistem dari sungai, dan mulai mengembangkan konsep pengelolaan
sungai dengan pendekatan ekologis. Per definisi, restorasi sungai adalah mengembalikan sungai ke kondisi alaminya
(pasal 26 PP 38/2011). Di banyak negara, restorasi sungai dilakukan dengan
mengembalikan sungai-sungai yang dibeton ke kondisi alami dengan melakukan
penananaman vegetasi lokal di tebing dan sempadan sungai yang sudah dihilangkan
betonnya.
c.
Pengendalian
limbah cair dan limbah padat yang masuk ke Ciliwung penting dilakukan karena
kualitas air Ciliwung meskipun dirasakan ada perubahan tapi belum signifikan. Menurut data KLHK, beban pencemar di Sungai Ciliwung 84% berasal dari limbah
domestik (rumah tangga). Karena setiap rumah tangga merupakan penghasil limbah
cair dan limbah padat (sampah), maka setiap
rumah tangga di DAS Ciliwung harus dilibatkan. Komunitas Ciliwung yang
telah beraktivitas dari hulu sampai ke hilir Ciliwung bersedia diajak
bekerjasama dalam upaya pengendalian limbah cair dan sampah tersebut. Berkaitan
dengan limbah padat / sampah, disadari
bahwa kegiatan memulung sampah yang
sudah terlanjur ada di sungai memang penting, tapi yang lebih strategis adalah
melakukan edukasi dan menfasilitasi warga agar mengelola sampahnya dan tidak
membuang sampah ke sungai. Sepanjang tidak ada alternatif, warga akan tetap
menjadikan Ciliwung sebagai tempat membuang sampah.
d.
Di
pasal 5 PP 38/2011 ditegaskan bahwa sungai terdiri atas: a. palung sungai, dan b.
palung sungai.
kewenangan penetapan sempadan
dilakukan oleh Menteri PUPR. Namun sampai saat ini Menteri PUPR belum
menetapkan garis sempadan Ciliwung berdasarkan tahapan yang diatur dalam
peraturan perundangan yang ada (Permen PUPR No. 28/PRT/M/2015). Melalui
momentum Hari Ciliwung 2015, komunitas Ciliwung mendesak Menteri PUPR untuk
segera menetapkan garis sempadan Ciliwung di lapangan. Sebagai kawasan lindung nasional dan sebagai
bagian dari sungai, adalah tidak layak dan
menyalahi aturan jika di atas sempadan sungai dibangun jalan inspeksi
beton. Jika mengacu pada Lampiran I Permen PUPR, sempadan Ciliwung sebagai zona
riparian harus dibiarkan sealami mungkin dengan vegetasi lokal (rumput, semak,
pepohonan). Dengan demikian sempadan sungai merupakan bagian dari sungai.
Sempadan Ciliwung, menurut PP 26/2008, merupakan kawasan lindung nasional. Karena
sempadan merupakan bagian dari sungai dan merupakan kawasan lindung, maka
penetapan garis sempadan sungai yang diikuti pembuatan patok batas garis
sempadan sungai merupakan kegiatan strategis. Sebagai sungai lintas
provinsi,
e.
Taman keanekaragaman hayati adalah hal yang
ideal yang selayaknya ada di sepanjang Ciliwung di lokasi-lokasi yang
memungkinkan untuk itu. Perlu komitmen yang
serius dari semua pihakterutama pemerintah untuk menjadikan lahan-lahan
kosong (di luar sempadan sungai) sebagai taman keanekaragaman hayati /
arboretum untuk menambah ruang terbuka hijau (RTH) kota. Slogan komunitas
Ciliwung: “menyelamatkan yang tersisa” mendapatkan relevansinya dengan ikhtiar
untuk membangun taman kehati di sepanjang Ciliwung. Jika tidak, lahan-lahan itu
akan menjadi kawasan terbangun yang justru akan menambah beban Ciliwung.
Sebagai langkah awal perlu ada prototipe taman kehati yang dibangun secara
terintegrasi oleh dinas-dinas di masing-masing kota/kabupaten dan provinsi.
Dengan taman kehati, semua yang ideal tentang pengelolaan lahan yang
berkontribusi positif terhadap Ciliwung bisa diterapkan.
f.
Sebagai lanskap alami yang ada di tengah kota,
sudah ada upaya-upaya dari Pemerintah untuk menjadikan Sungai Ciliwung sebagai
destinasi wisata. Namun diperlukan upaya yang lebih sungguh-sungguh lagi untuk
menjadikan Sungai Ciliwung sebagai lokasi destinasi wisata yang layak. Yang ada saat ini, barulah merupakan
wisata sampah plastik. Untuk menuju ke sana, perlu ada penataan sempadan yang
alami dan hijau dengan rimbun pepohonan,
perlu pengelolaan sampah yang serius sehingga sungainya bersih, perlu
pengendalian limbah cair dan sedimentasi agar air sungainya jernih, perlu
pengembangan infrastruktur pendukung lokasi wisata, dan perlu penguatan
kapasitas warga degan kegiatan-kegiatan ekonomi yang mendukung pariswisata
Ciliwung. Semuanya harus didasarkan pada kajian yang serius dengan melibatkan
banyak pihak yangrelevan.
g.
Dasar
penetapan hari Ciliwung adalah ditemukannya senggawangan di Ciliwung Tanjung Barat. Namun disamping itu, ikan
lokal Ciliwung adalah kekayaan keanekaragaman hayati yang harus dijaga dan
dikembangkan, sebagai sumber daya genetik yang tak ternilai, juga sebagai salah satu sumber protein warga
Ciliwung. Disamping menjaganya dari upaya destruktif penggunaan racun yang
dilakukan di musim kemarau, perlu dilakukan upaya-upaya konstruktif melalui
perbaikan kondisi habitat ikan di Sungai Ciliwung, perbanyakan benih ikan lokal
dan restocking, serta penetapan lokasi suaka ikan. Penetapan lokasi suaka ikan
Ciliwung penting dilakukan untuk lebih menjamin kelangsungan hidup ikan-ikan
lokal Ciliwung yang dari waktu ke waktu
makin berkurang. Adanya lokasi suaka ikan Ciliwung juga akan membangun
kesadaran kolektif warga Ciliwung tentang potensi ikan lokal yang dimiliki
sebagai salah satu kekayaan Ciliwung.
h.
Peninggalan
masa lalu dan situs-situ yang di teliti sejak zaman belanda hingga sekarang ada
13 lokasi atau pra sejarah di Pinggiran aliran Sungai Ciliwung. Salah satunya
Pengadengan, Kampung keramat, Rawa Kodok, Pejaten, Condet, Tanjung Barat dan
lainnya. Di temukan artefak berupa
beliung persegi, batu serpih, manik-manik, btu asahan, fragmen logam, terak
besi, gerabah dan alat pertanian zaman purba lainnya. Diperkirakan alat-alat
tersebut di pergunakan pada zaman Manusia telah mengenal pertanian pada 2000 SM
– 1000 SM. dan pada tahun 1000 SM – 500 SM dimana manusia telah mmapu mebuat
alat-alat dari logam.
2.
Salah satu kegiatan strategis di Hari Ciliwung
adalah jelajah Ciliwung dari Bojonggede – Depok - Condet. Jika di peringatan Hari Ciliwung yang lalu,
kegiatan jelajah seperti ini hanya diikuti oleh anggota komunitas, kegiatan
jelajah kali ini diharapkan akan diikuti
oleh stakeholder kunci Ciliwung (Pemprov Jawa Barat, Pemprov DKI Jakarta,.
Pemkab Bogor, Pemkot Bogor dan Pemkot
Depok, Kementerian LHK dan Kementerian
PUPR). Masing-masing stakeholder peserta jelajah akan mengidentifikasi
permasalahan yang ada di Ciliwung sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan
fungsi) masing-masing, sehingga program yang disusun tepat sasaran. Titik
lokasi yang akandiii\dentifikasi selama
jelajah antara lain: titik tumpukan sampah, lokasi rawan longsor, lokasi
okupasi sempadan, lokasi sumber pencemar, serta lokasi-lokasi yang harus
dipertanahkan potensi keanekaragaman hayatinya supaya tidak dialihfungsikan. Dengan
melakukan penjelajahan bersama, mengamati
bersama, dan adanya proses interaksi yang terjadi selama di penjelajahan, kegiatan
ini diharapkan akan membangun modal
sosial dan akan memperkuat
komitmen dan sinergitas antar stakeholder. Dengan demikian, aksi-aksi kerja
sama untuk membuat Ciliwung lebih baik
di masa datang akan lebih lancar dan sinergis.
3.
Berkaitan
dengan kegiatan normalisasi Ciliwung, momentum
peringatan Hari Ciliwung 2015 ini akan digunakan untuk mengajak stakeholder
kunci untuk mengamati bersama tentang kondisi yang di lapangan, khususnya di
ruas 3 dan 4 (Jl. Simatupang – Condet). Dengan pengamatan bersama di
lokasi normalisasi, diharapkan akan
muncul solusi yang lebih baik yang mengarah pada restorasi Ciliwung. Khusus
penjelajahan di ruas ini, diharapkan ada akademisi dari perguruan tingai yang
bisa terlibat yang akan memberikan pandangan berdasarkan otoritas keilmuannya.
Selamat Hari Ciliwung 2015
Selamatkan yang tersisa
Save Our Ciliwung.
11 November 2015
Info lebih lanjut
Silahkan Hubungi
Sudirman Asun (0812-1212-5108)
Abdul Kodir (0813-8074-8996)
Sahroel Polontalo (0858-8531-7653)